Benjamin Netanyahu, Jonathan Netanyahu, dan Iddo Netanyahu. Tiga kakak beradik anggota Pasukan Elite Sayeret Matkal.
27 Juni 1976
Pesawat Air France dengan nomor penerbangan 139 lepas landas dari Tel Aviv menuju Athena dengan tujuan akhir Paris. Di Athena Wilfred Boese pria Jerman berusia 28 thn dan Gabrielle Kroecher Tiedemann gadis muda Jerman berusia 24 tahun naik pesawat dengan tiket kelas VIP.
Beberapa menit setelah lepas landas dari Athena, didalam pesawat dengan 257 penumpang internasional ini , tiba tiba terdengar suara dari intercom. Namun suara dari intercom itu bukan suara halus dari pramugari yang biasanya mengumumkan bahwa kondisi telah aman untuk melepaskan safety belt. Melainkan dari suara pria yang galak :
” Kami orang Palestina, jika kalian duduk manis dan menuruti kemauan kami, kalian akan selamat. Saya Ahmed el Kubesi, anggota komando Che Guevara Jalur Gaza, satu unit dibawah Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP).” Sejak saat itu pesawat telah dibajak oleh 4 Teroris. yang terdiri dari 2 Orang Palsetina dan 2 lagi Boose dan Tiedeman yang tadi naik dari Athena, mereka mengancam dengan menggunakan dua pistol otomatis Czech 7.65 mm dan dua granat. Tuntutan mereka adalah pembebasan teroris Palestina yang ditawan oleh Israel, Perancis, Jerman Barat, Swiss dan Kenya.
Dari Athena pesawat tidak lagi menuju ke Paris, melainkan ke Bengazhi, Libya. Sebelum mendarat sempat berputar-putar menunggu ijni mendarat dari Pemerintah Libya. Pemerintah Libya tidak mengijinkan pesawat tinggal berlama-lama di Libya, dan hanya mengijinkan untuk mengisi bahan bakar. Namun bisa juga dikatakan Pemerintah Libya dianggap membantu teroris dengan mengijinkan mengisi bahan bakar.
Setelah 9 jam di Bengashi, pesawat lepas landas menuju Uganda. 28 Juni subuh pesawat sampai di Bandara Entebbe, Uganda namun pesawat tidak lagi berputar-putar seperti di Bengashi, tapi langsung mendarat mulus tanpa negoisasi dengan pihak bandara. Rupanya Pemerintah Uganda, Idi Amin telah mempersiapkan sambutan persahabatan untuk Teroris Palestina. Empat Teroris Palestina lagi sudah menunggu di Bandara Entebbe, menjadi total 8 Teroris Palestina dibantu dengan ratusan tentara Uganda yang mengawal bandara dan Presiden Idi Amin sendiri yang terkenal karena kekejamannya bahkan katanya beliau ini kanibal. Bahkan Presiden Idi Amin mengunjungi bandara dua kali untuk memberi semangat kepada pembajak.
Baru kali inilah ada pembajak pesawat didukung oleh pihak bandara. Bukan hanya pihak bandara saja malah, Presiden negara itu mendukung penuh para pembajak. Berurusan dengan pembajak pesawat bukan seperti berurusan dengan perompak. Seperti KM Sinar Kudus yang mana uang tebusan dibayar, sandera dan kapal dilepaskan. Pembajak pesawat mengancam membunuh penumpang. Dan kali ini jumlahnya 257 orang. Apalagi pembajaknya Teroris Palestina. Serem banget.
Dunia belum lupa peristiwa Black September 4 September 1972. Dimana operasi pembebasan sandera di Bandara Furstenfeldbruck, Jerman Barat, gagal total. Sebuah helikopter diledakkan dan seluruh sebelas sandera atlet Israel tewas, dibunuh Teroris Palestina. Teroris Palestina bukan sembarang teroris tengik. Ancamannya bukan sekedar gertak. Mau bunuh, bunuh beneran. Dunia respek terhadap kekejaman teroris Palestina. Ditambah lagi Idi Amin, psikopat horor Uganda. Idi Amin bukan hanya terkenal karena kekejamannya membunuh lawan lawan politiknya. Dimana sebelum dibunuh disiksa terlebih dulu. Tapi katanya juga makan daging manusia. Pernah ditemukan di kulkasnya organ manusia siap saji.
Idi Amin memang pernah berteman dengan Israel, namun itu sudah berlalu, gara gara Israel menolak membantu Idi Amin untuk menyerang Tanzania. Atas kekecewaannya itu Idi Amin berbalik memusuhi Israel dan mendukung Palestina. Bahkan pernah berniat mendirikan patung Hitler. Selain itu Idi Amin juga suka ngutang. Beli pesawat dari Israel belum lunas, tidak mau bayar.
Teroris Palestina dan Idi Amin adalah sinergy antara teror dan horor yang harmonis. Dan kali ini Israel menghadapi masalah yang sempurna.
Bandara Entebbe, Uganda, (Bukan NTB Juanda).
source: kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar